Friday, July 11, 2008

Sikap Kita Menciptakan Takdir Kita

Cerita berikut menggambarkan bahwa dengan hanya mengubah sikap ternyata dunia disekeliling kita juga berubah jadi lebih baik. Cerita yang aslinya berasal dari negri Tiongkok saya sadur jadi versi Indonesia.


Si Tigor akhirnya mempersunting Juminten, seorang kembang desa yang telah lama di pacarinya. Setelah menggelar resepsi dan liburan sebentar, Tigor harus kembali bekerja. Pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pasan. Karena mereka belum mampu untuk beli rumah sendiri, jadi sementara menumpang di rumah ibunya Tigor yang memang tinggal sendirian. Biar Juminten nggak kesepian kalau siang dan sekalian jagaiin ibu, demikian pikir si Tigor.

Ibunya si Tigor sebetulnya nggak setuju anaknya nikah dengan Juminten, tadinya ia berharap Tigor mau nikah sama si Butet yang masih paribannya. Dasar Tigor dah kadung cinta mati sama Juminten, malah ngancam akan bunuh diri kalau nggak nikah sama bunga desa itu. Ibunya yang nggak mau terulangnya tragedi Romeo Juliet nggak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan anak semata wayangnya ini.

Ibunya si Tigor juga dah kadung nggak suka sama Juminten. Dia selalu mencari-cari kesalahan Juminten. Kayaknya puas kalau bisa ngomelin Juminten sekecil apapun salahnya. Itung-itung melampiaskan uneg-uneg,syukur-syukur si Juminten langsung minta cerai.

Awalnya Juminten masih bisa tahan denger omelan pedes ibu mertuanya. Tapi dia kan juga manusia. Makin lama omelan-omelannya makin nggak jelas alasannya. Masak cuma gara-gara Juminten nggak sengaja kesandung kursi aja si ibu mertua udah nyentak nyolot : "Bah! Kaow taro' dimana Kaow punya mata,Taruh di belakang ****** ?". Belum lagi omelan nggak bisa masaklah,nyapu ngak bersihlah,kebanyakan tidurlah. Akhirnya Juminten udah nggak tahan lagi. Hingga terbersitlah di benaknya sebuah rencana jahat !

Dengan alasan kangen orang tua Juminten minta ijin pulang kampung pada suaminya.
"Tapi aku kan nggak bisa libur sayang, masak kamu mau pulang sendiri". Kata Tigor agak keberatan. "Nggak apa bang, Juminten bisa kok pulang sendiri. Tinggal naik kereta nanti minta jemput bapak di stasiun". Ujarnya merengek. Dengan berat hati Tigor pun mengabulkan permintaan istrinya yang cuma satu-satunya ini. (ya iyalah emangnya mau berapa).

Sesampainya di kampung tanpa berlama-lama Juminten langsung meluncur ke rumah mbah Karjo, tabib desa yang kebetulan masih saudara dekatnya.
"Mbah Juminten mau minta tolong". Katanya memelas.
"Ono opo to nduk ?". Mbah Karjo bertanya bingung.
"Juminten mau minta ramuan racun mbah". Katanya tegas.
"Hah racun? Untuk apa to nduk?". Mbah Karjo terkaget.
"Ya untuk ngeracuni wong to mbah".
"Wong sopo? Kamu ini waras ora?".
"Ya waras mbah. Juminten mau bunuh ibu mertuaku. Abis aku sudah ndak tahan tiap hari di marahi terus walau aku nggak buat salah". Satu-satunya jalan ibu mertuaku harus di bunuh. Dengan semangat berkobar-kobar Juminten menceritakan semua yang dialaminya.
Mbh Karjo cuma bisa geleng-geleng kepala sambil bergumam panjang. "Ayolah mbah, mau kan nolongin aku?". Juminten kembali merengek.

"Yo wis tunggu sebentar". kata mbah Karjo dengan berat hati. Dia masuk ke dalam kamar dan tak lama kemudian keluar membawa botol kecil berisi bubuk putih. "Nduk, ini bubuk racun yang kamu minta. Racun ini bekerja dengan perlahan tapi pasti. Taburkan di makanan dan minumannya. Karena bubuk ini tidak ada rasa jadi tidak ada orang yang akan tahu".
"Mbah makasih ya". Kata Juminten senang. "Eh tunggu dulu ada syaratnya".Mbah Karjo buru-buru menimpali.
"Apa syaratnya mbah?". kata Juminten nggak sabar.
"Untuk menghindari kecurigaan orang lain dan ibu mertuamu,selama proses peracunan ini kamu harus berbuat baik dan melayani ibu mertuamu". "Lho kok gitu mbah?". protes Juminten.
"Semua untuk menghindari kecurigaan orang lain. Jadi saat ibu mertuamu nanti berhasil mati nggak ada orang yang curiga semua itu akibat racunmu. Layanilah ibu mertuamu sebaik-baiknya. Masaklah semua makanan-makanan kesukaannya. Jangan pernah membantahnya. pokoknya hanya berbuat baik saja ya nduk, paham?". "Paham mbah !".

Mulailah Juminten melaksanakan misinya. Setiap pagi ia selalu bangun awal menyiapkan sarapan, membersihkan rumah dan mencuci pakaian.Setelah itu ia pergi ke pasar mencari bahan-bahan masakan kesukaaan ibu mertuanya. Sebelum matahari sampai di puncak, makan siang yang lezat sudah siap saji di meja makan untuk si ibu mertua, tentu dengan campuran bubuk racun. Menjelang sore teh hangat dan kue-kue yang menggoda juga sudah terhidang mantap di meja makan. Makan malam sudah selalu siap sesaaat setelah mentari pulang ke peraduannya.Juminten selalu mengumbar senyum di depan mertuanya dan tak pernah terlihat mengeluh bila di suruh apapun.

Ibu mertuanya yang melihat sikap Juminten jadi luluh hatinya. Ia merasa sudah terlalu kasar sama menantunya ini. Padahal Juminten selalu berbuat baik dan rajin. Pada tetangga-tetangganya ia kini selalu memuji-muji Juminten. Ia pun mulai sering mengajak Juminten mengunjungi teman2 atau saudara2nya. Dan pastinya nggak lupa membanggakan Juminten setinggi langit di depan mereka. Kini juminten di akuinya sebagai menantu yang sangat sopan dan berbakti.

Giliran Juminten yang bingung melihat perubahan pada ibu mertuanya. Disatu sisi dia masih selalu memberikan racun pada makanan dan minumannya. Tapi disisi lain ia kini juga mulai sayang pada ibu mertuanya. Aku harus segera bertindak ! pikirnya.

"Lho belum lama kan kau sudah pulang kampung. Masak sekarang mau pulang lagi?". Tanya si Tigor bingung. "Iya ada apa sih nak? Apa orang tuamu sakit?". Ibu mertua menambahkan.
"Bukan bu, tapi saya benar-benar harus segera pulang. Saya janji cuma sehari saja di kampung, lalu akan balik lagi kemari". Juminten memohon.
"Apa perlu ibu temani kamu?". "Oh jangan bu, saya nggak mau ngerepotin siapa-siapa, biar saya sendiri saja. Lagian kan cuma sehari kok".

Begitu turun dari kereta Juminten langsung tancap gas menuju rumah mbah Karjo. Tanpa basa-basi langsung membangunkan si mbah yang sedang tidur-tiduran di bale bambu.
"Mbah bangun...tolongi Juminten lagi mbah". Katanya setengah teriak.
Mbah Karjo kaget sekaget-kagetnya. Hampir copot jantungnya. "Ono opo Nduk? Hampir berhenti jantung mbah". Katanya ikut tersengal-sengal.
"Mbah Juminten minta penawar racun yang tempo hari mabha kasih itu".
"Racun yang tempo hari? Oh gimana sudah mati ibu mertuamu?". Kata si mbah mulai menguasai keadaan.
"Waaaaaaaaaaa mbah aku nggak jadi mau bunuh dia, cepat mbah minta penawar racunnya biar dia nggak jadi mati" Juminten mulai menangis.
"Lho memangnya kenapa to nduk?".
"Ibu mertuaku sekarang sudah baik sama aku mbah. Aku juga dah sayang sama dia sekarang. Aku nggak mau dia mati karena racun itu hu hu hu ...". tangis Juminten.
Sambil menghela nafas mbah Karjo berkata : "Ya sudah nduk. Ibu mertuamu nggak akan mati karena bubuk putih itu".
"Maksud mbah". Juminten tak mengerti.
"Bubuk putih yang mbah kasih itu bukan racun. Tapi ramuan tumbuhan racikan mbah sendiri, yang berkhasiat untuk menyehatkan dan menyegarkan tubuh. kamu lihat kan, Ibu mertuamu sekarang jadi lebih sehat dan segar he he he ..." Si mbah tertawa senang.

Gubrakkk !!! Juminten pun terjatuh pingsan.

18 comments:

dee said...

nice story seezqo.. bs diambil hikmahnya. cerita mertua vs menantu emang ga ada habisnya. intinya adalah kalo kt bsikap baik, insya allah org lain jg akan bersikap baik sm kita..

Anonymous said...

Mbah Karjo sepertinya lebih banyak dipengaruhi oleh positif thinking daripada negatif thingking, Juminten dan sang mertua mendapat pencerahan, dan bang tigor menganggap bahwa semua suku adalah sama. Cerita yang Happy Ending. Memang banyak cara bagi kita untuk merubah diri kita sendiri bahwa merubah lingkungan yang tidak ada sangkut pautnya dengan kita seperti mbah karjo tersebut, pak seezqo

Anonymous said...

cerita yg inspiratif. perlu diperbanyak orang2 spt mbah karjo di dunia ini...untuk bikin harmonis hubungan menantu-mertua, suami-istri, ortu-anak, antar kerabat, antar teman, bahkan antar negara

give peace a chance, ya gak:)

...all i can share... said...

good person is created not only cuz the heart but also the kindness attitude. If we use to live in good heart, we will be a good person. Good heart can change bad person near us. Don't reply bad thing with badness, but beat that with kindness. I believe that every person has good side even she/he is a killer, because God create us completely in good and bad side. Thank you for inspirational story, thank you

Anonymous said...

Keep your thoughts positive, because your thoughts become your words. Keep your words positive, because your words become your behaviours. Keep your behaviours positive, because your behaviours become your habits. Keep your habits positive, because your habits become your values. Keep your values positive, because your values become your destiny. (mirip quotes yg blog aku ya) hehehe...

Anonymous said...

berfikir positif emang banyak membantu, apalagi yang berkaitan ama hati, meski nggak selamanya berakhir happy ending :)

Me said...

nice post ! Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Kurasa Jumintenpun bisa menyadarinya.

Presyl said...

hahahha gila tuh mbah.. jago juga.
cuma koq si mbah ga minta duit yak ??
btw, nama tiongkoq disadur indonesia jadi juminten ma karjo ??

Presyl said...

tapi ceritanya bagus koq.. intinya nyuruh kita buat baik

seezqology said...

Dee :
Setuju kebaikan memang akan mengundang kebaikan.

Laporan :
Iya pak banyak cara mengubah diri sendiri :)

Nita:
Let`s give peace a chance
To make a better place ...

All i can share then ... :
You`re welcome :)
Just reply bad things with the one right ?

seezqology said...

Milla-Ferrari :
So our words become our destiny,don`t they ?

Acy :
positive thingking disertai juga dengan positive feeling.

Ani :
Betul mbak, blessing in disguise

Presy :
Kan si mbah masih ada hubungan sodara. Nama dan kejadian disesuaikan dengan bangsa Indonesia :)

astrid savitri said...

nice story! bener2 bagus..spt kebanyakan cerita dari cina, tp sy jadi penasaran baca versi tiongkoknya nih..judul aslinya apa ya??

nindya said...

iya bener cerita yg menarik... sayangnya tidak berlaku atau belum sempet berlaku dengan mertuaku :)

seezqology said...

Astrid Savitri :
Judul aslinya ni hou ma tse tse yang tse ...
Eh nggak deng boong, lupa judul aslinya tapi pertama saya denger dari cd nya Pak Andrie Wongso.

Nindya :
Wah mbak emangnya pengen juga mertuanya kayak gitu he he he ...

Anonymous said...

setujuuu... memang berpikir positif selalu menarik hal2 positif terjadi dalam hidup kita, ya kan?

bintang pagi yang bercerita . . . said...

nice story!

gw rasa juminten pzti bnyak dpt
hal" baru!

sama kaya gw yg baca jg laah . .


btw, team gw itu team bidding proposal bwt jadi organizer exhibition d kampuz gw =)

bintang pagi yang bercerita . . . said...

nice story!

gw rasa juminten pzti bnyak dpt
hal" baru!

sama kaya gw yg baca jg laah . .


btw, team gw itu team bidding proposal bwt jadi organizer exhibition d kampuz gw =)

Ivana said...

ceritanya bagus,bro!!
Intinya, kalo menikah, saya HARUS tau alamatnya mbah Karjo,wakakaka...
met wiken