Monday, May 31, 2010

Hijau Daunku Lancar Nafasku





Manusia dan tumbuhan adalah 2 mahkluk yang saling membutuhkan. Mengapa? Karena nafas kita,manusia, dan nafas tumbuhan saling berhubungan. Kita menghirup oksigen atau O2 dan mengeluarkan karbondioksida atau CO2. Dilain pihak, tumbuhan menarik karbondioksida yang kita keluarkan dan melepaskan oksigen sebagai gantinya. Sudah terlihat jelaskan hubungan sederhana ini? Walaupun sederhana, tapi masih belum banyak manusia yang belum menyadarinya. Bahwa tumbuhan harus tetap bernafas agar manusia tidak berhenti bernafas. Bahwa tumbuhan harus tetap tumbuh agar manusia tetap dapat menghirup oksigen. Bahwa tumbuhan harus tetap hidup agar kelangsugan hidup manusia juga tetap terjaga.

Tapi apa yang terjadi sekarang ini? Pohon-pohon ditebangi. Hutan-hutan tropis digunduli. Akar-akar kehidupan dicabuti. Dan apakah akibatnya? Bumi semakin panas. Oksigen semakin tipis. Kualitas udara semakin buruk. Yang juga mengakibatkan makin buruk dan berkurangnya air tanah. Dan semuanya bermuara pada makin turunnya kualitas hidup manusia.

Hidup di perkotaan adalah hidup bersama racun udara , yang akan membunuh kita perlahan-lahan. Jumlah kendaraan bermotornya jauh lebih banyak dari jumlah tanaman atau tumbuhannya. Kita lebih banyak menghirup karbon monoksida,hasil pembakaran kendaraan bermotor, daripada oksigen yang lebih kita butuhkan. Tiada lagi tempat bagi tumbuhan untuk tumbuh, dan tanaman untuk di tanam.

Tanah yang dulunya adalah rumah bagi akar pohon, kini menjadi rumah bagi akar beton. Gedung-gedung tinggi nan megah kini berdiri kokoh dimana-mana. Memang sungguh mengagumkan kemajuan jaman ini. Hanya sayangnya, ada hal yang sangat berharga yang juga dikorbankan. Bahkan sebenarnya terlalu berharga untuk dijadikan korban. Karena nafas kita adalah nafas kehidupan. Menghilangkan nafas berarti menghilangkan kehidupan. Mengapa banyak orang tak menyadarinya?

Banjir,tanah longsor,polusi udara dan air, suhu bumi yang makin panas adalah ganjaran yang harus kita terima. Ganjaran yang terlalu besar untuk ditanggung umat manusia. Seandainya manusia mau bersahabat dengan alam, hidup bersama selaras dan harmonis, tentu kita tak harus menerima hukuman tersebut. Tapi anehnya, walaupun manusia sudah sering diberikan hukuman yang setimpal, masih saja perusakan alam terus berlangsung. Apakah kita akan membuat bumi kita tercinta ini kiamat sebelum waktunya?

Kita sebagai bagian kecil dari manusia yang sudah “tersadar”, mempunyai kewajiban untuk saling mengingatkan. Bahwa kita harus menjaga alam. Minimal menjaga lingkungan sekitar kita masing-masing. Pohon-pohon harus tetap tumbuh subur. Daun-daunnya harus tetap lebat. Sehingga klorofilnya tetap bisa berfungsi dengan baik,menghasilkan udara yang bersih dan sehat.

Gerakan seperti menanam sejuta pohon mungkin adalah contoh yang baik. Seterusnya harus terus dikembangkan,seperti menjadi gerakan menanam semilyar pohon. Atau satu orang menanam satu pohon. Kesadaran bahwa pohon-pohonan adalah sahabat manusia perlu terus dikembangkan. Pohon bukan hanya untuk dinikmati buahnya saja,atau batang dan rantingnya, tapi juga oksigen yang akan kita hirup.

Akhirnya akan tumbuh kesadaran bahwa kita dan pohon-pohonan adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Meniadakan salah satunya berarti juga membunuh yang lain. Karena kita hanya bisa hidup kalau pohon juga hidup. Kita hanya bisa bernafas kalau pohon juga bernafas. Kita bisa sehat kalau dedaunan juga sehat. Hijau daunku, lancar nafasku. Selengkapnya...